TERSENYUMLAH
Ia begitu sederhana, kecil, mudah
Namun dahsyat luar biasa
Bermakna raksasa dan sangat berharga
Karenanya........
Tersenyumlah
Senyum adalah ibadah
Senyum adalah kebahagiaan
Karenanya......
Resapi dan maknai hikmah dari setiap kejadian
Nikmati setiap keajaiban dalam hidup
Dengan selalu tersenyum
Tersenyumlah.......
Selagi kita masih bisa
Karena senyum itu bisa membuat kebahagiaan
Dan hidup lebih berarti
Jumat, 25 Mei 2012
Cerita cinta kita
Dulu begitu indah
Dulu begitu bahagia
Dulu begitu sempurna
Namun sekarang tak berarti lagi
Dulu penuh dengan keindahan
Dulu penuh kenangan bahagia
Dulu hari-hari penuh dengan warna
Namun sekarang tak berwarana lagi
Dimanakah cerita cinta kita
Yang penuh dengan keindahan
Dimanakah cerita cinta kita
Yang penuh dengan kebahagiaan
Kuiangin kenangan itu ada
Kuingin kenangan itu kembali
Kuingin kenangan itu kembali berwarna
Namun cerita cinta kita telah berlalu
Dulu begitu indah
Dulu begitu bahagia
Dulu begitu sempurna
Namun sekarang tak berarti lagi
Dulu penuh dengan keindahan
Dulu penuh kenangan bahagia
Dulu hari-hari penuh dengan warna
Namun sekarang tak berwarana lagi
Dimanakah cerita cinta kita
Yang penuh dengan keindahan
Dimanakah cerita cinta kita
Yang penuh dengan kebahagiaan
Kuiangin kenangan itu ada
Kuingin kenangan itu kembali
Kuingin kenangan itu kembali berwarna
Namun cerita cinta kita telah berlalu
Berdiri aku
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepepis buih
Melah bakau menerai puncak
Berjuang datang ulur terkembang
Angin pulang mengejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Ke gunung memuncak sunyi
Berayun di atas alas
Benag raja mencelup ujung
Naik marak menggerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup tertentu tuju
(Amir Hamzah)
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepepis buih
Melah bakau menerai puncak
Berjuang datang ulur terkembang
Angin pulang mengejuk bumi
Menepuk teluk mengempas emas
Ke gunung memuncak sunyi
Berayun di atas alas
Benag raja mencelup ujung
Naik marak menggerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dalam rupa maha sempurna
Rindu sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Mengecap hidup tertentu tuju
(Amir Hamzah)
ANTARA CINTA SAHABAT DAN PACAR
Cinta itu indah
Cinta itu bahagia
Namun disaat cinta itu disakiti
Dia yang senantiasa menghiburku
Setia dalam suka maupun duka
Dialah sahabat yang takkan dapat tergantikan
Sahabatku adalah tempatku mengadu
Tempat mencurahkan isi hati
Sahabatku adalah saudaraku
Dia rela berkorban demi aku
Aku mencintai pacarku
Namun aku lebih menyayangi sahabatku
Dikala aku merindukan pacarku
Namun aku lebih menginginkan sahabatku
Disaat pacarku berkhianat
Namun sahabatku tak pernah berkhianat
Disaat pacarku mungkin meninggalkanku
Namun sahabatku tak mungkin meninggalkan aku untuk
Selamanya......
Cinta itu indah
Cinta itu bahagia
Namun disaat cinta itu disakiti
Dia yang senantiasa menghiburku
Setia dalam suka maupun duka
Dialah sahabat yang takkan dapat tergantikan
Sahabatku adalah tempatku mengadu
Tempat mencurahkan isi hati
Sahabatku adalah saudaraku
Dia rela berkorban demi aku
Aku mencintai pacarku
Namun aku lebih menyayangi sahabatku
Dikala aku merindukan pacarku
Namun aku lebih menginginkan sahabatku
Disaat pacarku berkhianat
Namun sahabatku tak pernah berkhianat
Disaat pacarku mungkin meninggalkanku
Namun sahabatku tak mungkin meninggalkan aku untuk
Selamanya......
Kamis, 24 Mei 2012
Petani
Punggungnya landasan matahari
Di atasnya kota demi kota berdiri
Di punggungnya surya besar menempa hari
Jadi zaman berangkai zaman
Di punggungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi
Bagi peradaban demi peradaban
Peradaban pertama ditulis dengan cangkul
Di zaman purbani
Peradaban pertama dirintis dengan cangkul
Diayunkan petani
(Hartoyo Andangjaya, Buku Puisi)
Punggungnya landasan matahari
Di atasnya kota demi kota berdiri
Di punggungnya surya besar menempa hari
Jadi zaman berangkai zaman
Di punggungnya sejarah membuka jalan, jembatan abadi
Bagi peradaban demi peradaban
Peradaban pertama ditulis dengan cangkul
Di zaman purbani
Peradaban pertama dirintis dengan cangkul
Diayunkan petani
(Hartoyo Andangjaya, Buku Puisi)
Langganan:
Postingan (Atom)